Indikator Teknis Forex Lanjutan

Indikator Teknis Forex Lanjutan

Indikator Teknis Forex Lanjutan – Sebagai trader forex, kamu tentunya paham pentingnya menggunakan indikator teknis untuk mengetahui tren yang ada di pasar. Meski oscillator merupakan pilihan yang paling populer bagi para trader forex, ada juga indikator teknis lainnya yang masih sama efektifnya. Kali ini kita akan eksplorasi apa saja indikator teknis selain oscillator yang sering digunakan dalam trading forex.

Indikator Teknis Forex – Pilihan Alternatif

Bollinger Bands

Pita Bollinger, atau merk dagangnya yaitu Bollinger Bands®, adalah indikator teknis yang juga sering digunakan oleh para trader forex. Pita ini dibentuk dari moving average (MA) terhitung dari 20 periode trading sebelumnya dan batas atas dan bawah dari pita yang berjarak sebesar 2 kali standar deviasi. Berikut rumus dari Bollinger Bands®:

Typical Price (TP) = (H+L+C)/3

BOLU = MA + (m x

BOLD = MA + (m x

  • H – Nilai tukar tertinggi satu periode trading
  • L – Nilai tukar terendah satu periode trading
  • C – Nilai tukar penutupan periode trading
  • BOLU – Batas atas Bollinger Bands
  • BOLD – Batas bawah Bollinger Bands
  • m – Jumlah standar deviasi (umumnya 2)
  • MA – Moving average dari TP selama n periode trading
  • – Standar deviasi dari TP selama n periode trading

Bollinger Bands® digunakan untuk mengidentifikasi volatilitas dari pasar dan juga tingkat support serta resistance. Ketika nilai tukar sebuah pasangan mata uang berada di dekat batas atas dari pita maka pasangan mata uang tersebut dianggap dalam kondisi jenuh beli (overbought). Begitu juga sebaliknya, jika nilai tukar berada di dekat batas bawah maka dianggap dalam kondisi jenuh jual (oversold).

Lewat Bollinger Bands ini juga kamu dapat mengidentifikasi potensi terjadinya pembalikan arah tren. Jika lebar pita tersebut menyempit (istilah kerennya: “squeeze”) maka tingkat volatilitas nilai tukar mata uang tersebut sedang merendah. Dari kondisi inilah biasanya pertanda akan terjadi kenaikan tingkat volatilitas dari pasar dan makin bertambahnya kesempatan trading.

Volume Weighted Average Price (VWAP)

Volume Weighted Average Price (VWAP) adalah indikator teknis yang dihitung berdasarkan nilai tukar dan volume trading dari pasangan mata uang. VWAP dihitung dengan membagi nominal dikali dengan volume seluruh trading dengan volume total dari trading tersebut.

VWAP digunakan untuk mengetahui nilai tukar rata-rata dari mata uang yang diperdagangkan dalam suatu kurun waktu (umumnya 1 hari). Dari nilai ini kamu dapat mengidentifikasi tingkat support dan resistance serta kekuatan dari tren yang sedang berlangsung.

VWAP berguna bagi trader yang menggunakan strategi day trading yang ingin mengetahui nilai tukar rata-rata dari mata uang dalam 1 hari trading. Jika nilai tukar yang sedang berlaku berada di bawah nilai VWAP, nilai tukar tersebut dapat dianggap bernilai terlalu rendah (undervalued) dan pergerakan nilai tukar ke atas melewati VWAP dapat dijadikan acuan untuk mulai membeli. Sebaliknya jika nilai tukar berada di atas VWAP maka nilai tukar tersebut dianggap bernilai terlalu tinggi (overvalued) dan pergerakan nilai tukar ke bawah melewati VWAP bisa digunakan sebagai acuan untuk menjual.

Fibonacci Retracement

Fibonacci retracement adalah salah satu indikator teknis yang menggunakan garis horizontal untuk menunjukkan di mana tingkat support atau resistance mungkin berada. Indikator teknis ini didasarkan pada deret angka Fibonacci, yaitu deret angka yang terbentuk dengan menjumlahkan 2 angka sebelumnya, seperti 1, 1, 2, 3, 5, 8 dan seterusnya.

Tiap tingkat Fibonacci diwakili oleh persentase, yaitu 23,6, 38,2, 61,8 dan 100%. Angka ini didapat dari membagi satu angka dengan 3 angka setelahnya, 2 angka setelahnya, 1 angka setelahnya dan angka itu sendiri.

Tidak ada rumus khusus untuk menghitung tingkatan dari Fibonacci retracement. Indikator ini diaplikasikan ke grafik nilai tukar dengan cara memilih 2 titik acuan, yakni maksimum dan minimum. Setelah memilih titik acuan tersebut, tingkat Fibonacci akan digambarkan di atas grafik nilai tukar.

Untuk menggambarkan contoh penggunaan Fibonacci retracement, asumsikan skenario di mana nilai tukar USD/JPY berada pada 130,50. Jika pada suatu waktu nilai tukar tersebut turun hingga 100,40, kita bisa gunakan 2 nilai tukar tersebut sebagai acuan untuk memplot garis-garis Fibonacci retracement.

Dengan demikian, tingkat Fibonacci dari acuan nilai tukar tersebut berada pada:

  • 23,6%: 130,50 – (30,1 x 0,236) = 123,396 JPY
  • 38,2%: 130,50 – (30,1 x 0,382) = 119,002 JPY
  • 61,8%: 130,50 – (30,1 x 0,618) = 111,898 JPY

Masih dalam skenario yang sama, jika nilai tukar USD/JPY naik ke 111,898 dan melewati nilai itu, kamu dapat masuk ke pasar dan memasang perintah stop-loss order di tingkat Fibonacci tersebut. Hal ini dikarenakan berdasarkan prinsip dari Fibonacci retracement, nilai tukar sudah mengalami retracement ke tingkat 61,8% dan support berpotensi terjadi di nilai tukar tersebut. Tingkat Fibonacci selanjutnya, yaitu 119,002 dan 123,396, bisa dijadikan sebagai acuan potensi tingkat resistance.

Parabolic SAR (PSAR)

PSAR adalah singkatan dari parabolic stop-and-reverse (berhenti dan berbalik arah parabolik) dan merupakan salah satu indikator teknis yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya potensi berbalik arahnya tren. Indikator ini diplotkan ke grafik nilai tukar sebagai serangkaian titik yang muncul di atas atau di bawah nilai tukar.

Ketika titik itu berada di atas, maka ini menjadi indikasi potensi tren turun. Sebaliknya, akan ada potensi tren naik jika titik PSAR ada di posisi bawah nilai tukar. Posisi titik inilah yang dijadikan sebagai acuan titik masuk dan keluar pasar potensial oleh para trader forex.

Sebagai contoh anggap nilai tukar sebuah pasangan mata uang sedang mengalami tren naik (bullish). Dalam kondisi ini, titik PSAR mulai muncul di bawah nilai tukar dan jika tren ini terus berlanjut, titik tersebut mulai mendekati nilai tukar. Kondisi ini digunakan sebagai sinyal bagi para trader untuk memasuki pasar mengikuti arah tren.

Indikasi lainnya yang bisa ditarik dari PSAR adalah jika titik tersebut berubah posisi. Mengambil contoh sebelumnya, ketika titik PSAR berbalik posisi ke atas nilai tukar maka kemungkinan akan terjadi tren turun dan trader dapat keluar dari pasar atau mengambil posisi short (jual tinggi, beli rendah kemudian).

Ichimoku Kinko Hyo

Ichimoku Kinko Hyo atau yang lebih dikenal dengan Ichimoku adalah indikator teknis yang dikembangkan oleh seorang jurnalis di Jepang bernama Goichi Hosoda pada akhir era 1930-an. Indikator teknis ini memiliki lima komponen utama, yaitu Tenkan-sen, Kijun-sen, Senkou Span A, Senkou Span B dan Chikou Span. Cara hitung dari komponen-komponen tersebut dijabarkan di bawah ini:

Tenkan-sen (Garis Perubahan/Conversion Line, CL) = (H[9] + L[9]) / 2

Kijun-sen (Garis Dasar/Base Line, BL) = (H[26] + L[26]) / 2

Senkou Span A (Leading Span A) = (CL + BL) / 2; diplotkan ke 26 periode trading mendatang

Senkou Span B (Leading Span B) = (H[52] + L[52]) / 2; diplotkan ke 26 periode trading mendatang

Chikou Span = C diplotkan ke 26 periode trading sebelumnya

  • H[n] – Nilai tukar tertinggi dari n periode trading
  • L[n] – Nilai tukar terendah dari n periode trading
  • C – Nilai tukar penutupan periode trading terkini

Trader forex menggunakan indikator Ichimoku untuk mengidentifikasi potensi tingkat support dan resistance potensial dan juga kekuatan dari tren. Irisan area dari Senkou Span A dan Senkou Span B dikenal dengan istilah “awan” Ichimoku.

Jika nilai tukar sedang berada di atas awan Ichimoku maka nilai tukar sedang berada di tren naik, sedangkan posisi bawah awan merupakan indikasi tren turun. Awan Ichimoku sendiri juga bisa dijadikan sebagai acuan tingkat resistance dan support hingga 26 periode trading mendatang.

Selain sebagai indikasi tingkat support dan resistance, melintasnya garis Tenkan-sen melewati garis Kijun-sen dapat dijadikan sebagai sinyal beli atau jual. Sinyal juga bisa kamu dapatkan dari melintasnya garis Senkou Span A melewati garis Senkou Span B.

Kesimpulan

Meski oscillator lebih sering digunakan sebagai indikator teknis dalam trading forex, indikator-indikator teknis yang dijelaskan di atas juga dapat kamu gunakan untuk melengkapi oscillator tersebut. Seperti halnya indikator lainnya, kamu harus bijak dalam menggunakan indikator teknis ini agar tidak menghasilkan sinyal jual atau beli yang salah.

Masing-masing indikator teknis tentunya memiliki kelebihan dan kelemahannya tersendiri. Gunakan indikator yang sesuai dengan model trading dan strategi yang sedang kamu praktekkan.

Dengan memahami definisi dan karakteristik berbagai indikator teknis yang ada, kamu dapat membentuk keputusan trading yang didasarkan pada informasi yang tepat. Tentunya keputusan trading yang baik dan didasarkan pada informasi dapat menambah kemungkinan suksesmu dalam trading forex.

Sebagai gambaran penggunaannya, VWAP cocok untuk para trader dengan strategi day trading karena mengandung informasi spesifik dari 1 hari trading. Contoh lainnya adalah Fibonacci retracement dapat digunakan sebagai acuan tingkat support dan resistance. PSAR bisa dijadikan sebagai patokan kapan tren akan berbalik arah dan Ichimoku berguna untuk memprediksi kemana arah tren pasar ke depannya serta titik masuk dan keluar pasar.

Perlu dicatat, tidak ada indikator teknis yang memiliki keakurasian dan kepresisian yang mutlak. Oleh karenanya selalu gunakan lebih dari satu indikator teknis dan indikator fundamental agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas.

Check Also

Manajemen Risiko Trading Forex

Manajemen Risiko Trading Forex

Manajemen Risiko Trading Forex – Manajemen risiko merupakan salah satu aspek utama, bahkan bagian terpenting …